Pengelolaan Pariwisata Jember
3 posters
Page 1 of 1
Pengelolaan Pariwisata Jember
Jember (beritajatim.com) - Potensi wisata di Kabupaten Jember, Jawa Timur, terbilang besar dan terus meningkat. Sejak 2011 hingga 2013 terjadi peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara.
Tahun 2011, berdasar data Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Jember, total wisatawan yang datang ke kota ini sebanyak 675.324 orang (921 orang di antaranya dari luar negeri). Tahun 2012, jumlah wisatawan meningkat menjadi 742.297 orang (1.018 orang di antaranya dari negara lain).
Tahun 2013, jumlah wisatawan di Jember mencapai 830.237 orang, di mana 1.134 orang di antaranya adalah orang asing. Total selama tiga tahun terakhir, jumlah wisatawan mencapai 2.247.858 orang yang mengunjungi 42 obyek wisata.
Sebagian obyek wisata itu dikelola Pemerintah Kabupaten Jember. Marduwan dari Fraksi Gerindra DPRD Jember menyarankan, tempat wisata yang berpotensi menarik pendapatan hendaknya dikerjasamakan dengan pihak ketiga. "Tentu saja investor ini lebih mampu dan profesional di bidangnya," katanya.
Marduwan mengingatkan, tempat wisata bisa mendorong iklim investasi yang semakin menguat seiring dengan dibukanya Bandara Notohadinegoro. Ia mencontohkan lapangan golf Glantangan. "Infrastruktur lapangan itu perlu diperhatikan, diperbaiki, dan dikembangkan agar menjadi pintu masuk datangnya investor pecinta golf," katanya.
Lilik Ni'amah dari Fraksi Amanat Pembangunan menyarankan, agar Kantor Pariwisata berbenah. "Pariwisata merupakan sumber pendapatan asli daerah potensial yang belum digali. Nota kesepahaman (MOU) pengelolaan yang tidak komprehensif dan cenderung merugikan Pemkab membuat penerimaan sektor pariwisata tidak optimal," katanya.
Pemerintah Kabupaten Jember sebenarnya sudah mengidentifikasi sejumlah kelemahan pengelolaan pariwisata selama ini. Dalam Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Jember Tahun Anggaran 2013 disebutkan, atraksi wisata di Jember masih bersifat potensi dan belum menuju pada produk wisata. Potensi berarti belum ada kemasan yang bisa dijual dan mendatangkan pendapatan asli daerah.
Atraksi wisata budaya, alam, dan kreatif belum dikemas secara teratur menjadi 'regular package tour' atau 'regular events'. Produk wisata yang dikembangkan di Jember masih bersifat produk jangka panjang, yang dibutuhkan waktu lama untuk dinikmati, seperti Jember Fashion Carnaval yang bisa dinikmati setiap Agustus saja.
Kelemahan lainnya adalah fasilitas dan amenitas pariwisata di Jember masih sangat terbatas. Dari 29 hotel di Jember, hanya beberapa hotel saja yang mempublikasi dan menjual dengan cara pariwisata. Sebagian besar hotel memilih pasif menanti tamu dan tidak melakukan pemasaran kreatif.
Bupati MZA Djalal berjanji akan mengkaji lebih lanjut model pengelolaan tempat wisata oleh investor. "Ini agar lebih dapat optimal pemanfaatannya dan menambah PAD, melalui mekanisme kerjasama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip saling menguntungkan, serta berdampak pada penyerapan tenaga kerja lokal dan peningkatan sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi wisata," katanya
Tahun 2011, berdasar data Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Jember, total wisatawan yang datang ke kota ini sebanyak 675.324 orang (921 orang di antaranya dari luar negeri). Tahun 2012, jumlah wisatawan meningkat menjadi 742.297 orang (1.018 orang di antaranya dari negara lain).
Tahun 2013, jumlah wisatawan di Jember mencapai 830.237 orang, di mana 1.134 orang di antaranya adalah orang asing. Total selama tiga tahun terakhir, jumlah wisatawan mencapai 2.247.858 orang yang mengunjungi 42 obyek wisata.
Sebagian obyek wisata itu dikelola Pemerintah Kabupaten Jember. Marduwan dari Fraksi Gerindra DPRD Jember menyarankan, tempat wisata yang berpotensi menarik pendapatan hendaknya dikerjasamakan dengan pihak ketiga. "Tentu saja investor ini lebih mampu dan profesional di bidangnya," katanya.
Marduwan mengingatkan, tempat wisata bisa mendorong iklim investasi yang semakin menguat seiring dengan dibukanya Bandara Notohadinegoro. Ia mencontohkan lapangan golf Glantangan. "Infrastruktur lapangan itu perlu diperhatikan, diperbaiki, dan dikembangkan agar menjadi pintu masuk datangnya investor pecinta golf," katanya.
Lilik Ni'amah dari Fraksi Amanat Pembangunan menyarankan, agar Kantor Pariwisata berbenah. "Pariwisata merupakan sumber pendapatan asli daerah potensial yang belum digali. Nota kesepahaman (MOU) pengelolaan yang tidak komprehensif dan cenderung merugikan Pemkab membuat penerimaan sektor pariwisata tidak optimal," katanya.
Pemerintah Kabupaten Jember sebenarnya sudah mengidentifikasi sejumlah kelemahan pengelolaan pariwisata selama ini. Dalam Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Jember Tahun Anggaran 2013 disebutkan, atraksi wisata di Jember masih bersifat potensi dan belum menuju pada produk wisata. Potensi berarti belum ada kemasan yang bisa dijual dan mendatangkan pendapatan asli daerah.
Atraksi wisata budaya, alam, dan kreatif belum dikemas secara teratur menjadi 'regular package tour' atau 'regular events'. Produk wisata yang dikembangkan di Jember masih bersifat produk jangka panjang, yang dibutuhkan waktu lama untuk dinikmati, seperti Jember Fashion Carnaval yang bisa dinikmati setiap Agustus saja.
Kelemahan lainnya adalah fasilitas dan amenitas pariwisata di Jember masih sangat terbatas. Dari 29 hotel di Jember, hanya beberapa hotel saja yang mempublikasi dan menjual dengan cara pariwisata. Sebagian besar hotel memilih pasif menanti tamu dan tidak melakukan pemasaran kreatif.
Bupati MZA Djalal berjanji akan mengkaji lebih lanjut model pengelolaan tempat wisata oleh investor. "Ini agar lebih dapat optimal pemanfaatannya dan menambah PAD, melalui mekanisme kerjasama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip saling menguntungkan, serta berdampak pada penyerapan tenaga kerja lokal dan peningkatan sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi wisata," katanya
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum